Pengalaman yang terjadi di masa kecil
Kadang ada pasar malam yang digelar di kompleks perumahan kami, sangat menggembirakan karena banyak permainan yang digelar, ada Tong Setan, Bianglala (tidak sedasyat yang didufan sih), ada tukang obat, dan yg paling menarik bagi aku adalah Rumah Hantu.
Janjianlah kami beberapa orang pelajar smp yang polos polos untuk mengunjungi rumah hantu, dengan membayar 100 rupiah kami masuk ke rumah hantu dengan hati yang berdebar debar, suasananya agak gelap, terbuat dari full solid wood, didinding depan diperlihatkan lukisan berbagai macam jenis hantu hantu Indonesia, pocong, kuntilanak, tuyul, jerangkong (tengkorak, red), tidak terlihat adanya hantu hantu manca negara seperti drakula dan gremlin.
Kami masuk melalui tangga kayu sempit cukup untuk satu orang, berjejer rapi berbaris satu satu aku teman teman dan beberapa pengunjung lain, kami disambut dengan suasana temaram, beberapa spotlight redup menambah suasana angker, aku menghirup bau yang membuat bulu kudukku langsung berdiri, bau menyan rupanya, didalam diset jalan setapak yang dikiri kanannya terdapat kamar kamar.
Hantu pertama yang aku lihat adalah pocong, berdiri malas disudut sebuah kamr sambil bergerak membuat lompatan lompatan kecil (takut jatuh mungkin), aku yang mengharap akan ketakutan sedikit kecewa, tidak seseram yang aku bayangkan, begitu juga dikamar kamar berikutnya tidak ada rasa takut melihat setan setan yang membuat gerakan aneh, sebalnya ada setan yang minta uang "dek cepek dong buat beli rokok!". mulailah ada nada komplain dari beberapa pengunjung "huh nggak seru ya".
Rupanya hal ini dilihat management pengelola, mereka tampaknya harus membuat gebrakan, di sebuah sudut terdapat tangga turun, kemungkinan diatas ada kantor pengelola, kami melewatinya sambil melihat keatas, tibalah giliranku melewatinya, tiba tiba ada seorang nenek nenek asli tanpa makeup, mengenakan daster seadanya turun dari sana, kedua tangannya terangkat sedada dengan jari jari menunjuk kebawah, matanya melotot kemudian dia bersuara nyaring KIKIKIKIKIK, kaget bukan kepalang aku dibuatnya, darahku berdesir, aku berteriak sekeras kerasnya "SETAAANNN NENEEEEKKKK!!!!!", semua yang didepan spontan menoleh kebelakang tanpa dikomando kami berlarian kalang kabut, nenek nenek itu mengejar, tidak ada satu pun kamar kamar hantu yang kami liat lagi, secepat cepatnya ingin keluar.
Masalah terjadi dipintu keluar, untuk kesana kami harus melewati tangga naik dan agak sempit, terjadilah antrian, kami berdesak desakan saling dorong mendorong, aku yang merasa paling belakang sangat ketakutan, aku mendengar nenek nenek itu semakin mendekat dengan suara yang mendirikan bulu roma, KIK.. KIK.. KIK.. KIK,.. tidak tahan aku yang sudah menempel dengan salah seorang pengunjung spontan menggigit bahu orang tersebut, HIH, orang itu langsung kaget dan berteriak TOLOOOONGGG!!!, tidak berani melihat kebelakang, dengan kekuatan extra antrian terdorong keluar, aku akhirnya bisa juga keluar dengan selamat.
Di perjalanan pulang aku dan teman2 masih membicarakan peristiwa yang mendebarkan tersebut, kami berpapasan dengan romboongan lain salah satunya adalah orang yang kugigit, mukanya pucat, sambil memegangi bahunya dia bicara dengan temannya, "GILA GW DIGIGIT SAMA SETAN NENEK".
Kadang ada pasar malam yang digelar di kompleks perumahan kami, sangat menggembirakan karena banyak permainan yang digelar, ada Tong Setan, Bianglala (tidak sedasyat yang didufan sih), ada tukang obat, dan yg paling menarik bagi aku adalah Rumah Hantu.
Janjianlah kami beberapa orang pelajar smp yang polos polos untuk mengunjungi rumah hantu, dengan membayar 100 rupiah kami masuk ke rumah hantu dengan hati yang berdebar debar, suasananya agak gelap, terbuat dari full solid wood, didinding depan diperlihatkan lukisan berbagai macam jenis hantu hantu Indonesia, pocong, kuntilanak, tuyul, jerangkong (tengkorak, red), tidak terlihat adanya hantu hantu manca negara seperti drakula dan gremlin.
Kami masuk melalui tangga kayu sempit cukup untuk satu orang, berjejer rapi berbaris satu satu aku teman teman dan beberapa pengunjung lain, kami disambut dengan suasana temaram, beberapa spotlight redup menambah suasana angker, aku menghirup bau yang membuat bulu kudukku langsung berdiri, bau menyan rupanya, didalam diset jalan setapak yang dikiri kanannya terdapat kamar kamar.
Hantu pertama yang aku lihat adalah pocong, berdiri malas disudut sebuah kamr sambil bergerak membuat lompatan lompatan kecil (takut jatuh mungkin), aku yang mengharap akan ketakutan sedikit kecewa, tidak seseram yang aku bayangkan, begitu juga dikamar kamar berikutnya tidak ada rasa takut melihat setan setan yang membuat gerakan aneh, sebalnya ada setan yang minta uang "dek cepek dong buat beli rokok!". mulailah ada nada komplain dari beberapa pengunjung "huh nggak seru ya".
Rupanya hal ini dilihat management pengelola, mereka tampaknya harus membuat gebrakan, di sebuah sudut terdapat tangga turun, kemungkinan diatas ada kantor pengelola, kami melewatinya sambil melihat keatas, tibalah giliranku melewatinya, tiba tiba ada seorang nenek nenek asli tanpa makeup, mengenakan daster seadanya turun dari sana, kedua tangannya terangkat sedada dengan jari jari menunjuk kebawah, matanya melotot kemudian dia bersuara nyaring KIKIKIKIKIK, kaget bukan kepalang aku dibuatnya, darahku berdesir, aku berteriak sekeras kerasnya "SETAAANNN NENEEEEKKKK!!!!!", semua yang didepan spontan menoleh kebelakang tanpa dikomando kami berlarian kalang kabut, nenek nenek itu mengejar, tidak ada satu pun kamar kamar hantu yang kami liat lagi, secepat cepatnya ingin keluar.
Masalah terjadi dipintu keluar, untuk kesana kami harus melewati tangga naik dan agak sempit, terjadilah antrian, kami berdesak desakan saling dorong mendorong, aku yang merasa paling belakang sangat ketakutan, aku mendengar nenek nenek itu semakin mendekat dengan suara yang mendirikan bulu roma, KIK.. KIK.. KIK.. KIK,.. tidak tahan aku yang sudah menempel dengan salah seorang pengunjung spontan menggigit bahu orang tersebut, HIH, orang itu langsung kaget dan berteriak TOLOOOONGGG!!!, tidak berani melihat kebelakang, dengan kekuatan extra antrian terdorong keluar, aku akhirnya bisa juga keluar dengan selamat.
Di perjalanan pulang aku dan teman2 masih membicarakan peristiwa yang mendebarkan tersebut, kami berpapasan dengan romboongan lain salah satunya adalah orang yang kugigit, mukanya pucat, sambil memegangi bahunya dia bicara dengan temannya, "GILA GW DIGIGIT SAMA SETAN NENEK".